BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu
menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara
dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan
menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan
berbahasa tulisan. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa
lisan yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut masih
perlu untuk terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi. Peningkatan kemampuan
berbahasa lisan dimaksudkan agar anak-anak sekolah dasar mampu memahami
pembicaraan orang lain baik langsung maupun lewat media, misalnya radio,
televisi, dan pita rekaman. Tujuan yang lain adalah agar anak-anak mampu
mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan. Dalam makalah ini kita
akan membahas mengenai keterampilan berbahasa lisan, yaitu bagaimana
meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara. Pengetahuan dan keterampilan
dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan prasyarat bagi
mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas
sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat dengan
baik.
B.
Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud dengan
menyimak dan berbicara?
·
Bagaimana hubungan antara
menyimak dan berbicara ?
·
Strategi apa yang dilakukan
dalam meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara ?
·
Bagaimana strategi dan
penerapan yang efektif yang dilakukan dalam pembelajaran berbahasa lisan ini ?
·
Bagaimana penyusunan bahan
pembelajaran menyimak dan berbicara ?
C.
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan yang
memadai tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbahasa lisan. Tujuan dan
sasaran mempelajari bab ini adalah agar mahasiswa mampu :
·
Memahami Hakikat Menyimak dan Berbicara (Bahasa Lisan)
·
Mengetahui Proses Menyimak dan Berbicara (Bahasa
Lisan)
·
Mengetahui Bahan Pembelajaran Menyimak dan Berbicara
Di Kelas Tingi
·
Memahami Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan
Kemampuan Menyimak dan Berbicara di Kelas Tinggi.
·
Mengetahui dan Memahami Hubungan Menyimak dan
Berbicara
·
Mengetahui dan Memahami Strategi Pembelajaran
Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif.
D.
Manfaat
·
Sebagai calon guru dapat
mengetahui bagaimana strategi yang tepat dan efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dengan kegiatan bercerita
kreatif.
·
Sebagai calon guru dapat menyusun bahan
pembelajaran menyimak dan berbicara dengan baik dan menarik.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Lisan
A.
Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak dapat dilihat dari berbagai segi. Menyimak dapat dipandang
sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu
proses, sebagai suatu respon, atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Menyimak
dikatakan sebagai suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang
pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar bunyi-bunyi yang telah dikenalnya.
Secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi tersebut. Dengan cara seperti ini ia
mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-bunyi tersebut.
Tarigan Djago (1991 : 4) menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan menurut Harimurti K. 1981 dalam (Hariyadi 1996 : 19) “Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
Tarigan Djago (1991 : 4) menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan menurut Harimurti K. 1981 dalam (Hariyadi 1996 : 19) “Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun batasan yang
lebih lengkap yaitu: Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan
bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau
pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
manusia dan atau sumber lainnya.
Perlu kita camkan benar bahwa menyimak adalah suatu penerimaan yang
aktif terhadap informasi lisan. Lebih dari sekedar penerimaan stimulus atau
suatu tindakan yang refleksif, menyimak juga merupakan suatu perilaku yang
dapat dianalisis dan dimodifikasi; merupakan sesuatu yang dapat kita pilih
untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sama sekali; kita dapat menentukan
apakah perlu diberi wadah atau tidak; kita dapat menentukan tingkat
keefektifannya; dan kita dapat mengganti bahkan meningkatkan atau
mengembangkannya.
Kalau menyimak merupakan suatu tindakan elektif atau perbuatan fakultatif,
perhatian yang sangat perlu bagi penyimakan yang baik, merupakan suatu perilaku
selektif atau kelakuan terpilih.. Contohnya pada suatu ketika, kita memilih
untuk menyimak lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap pada waktu senggang; kemudian
dari sekian banyak lagu ciptaannya, kita menyeleksi lagu pujaan kita lalu kita
menyimaknya dengan penuh perhatian. Demikianlah dapat kita simpulkan bahwa
perhatian adalah suatu proses penyelesaian dari berbagai ragam stimuli sebuah
stimulus yang penting bagi seseorang pada saat-saat tertentu. Dengan perkataan
lain, dapat dikatakan bahwa perhatian bersinonim dengan persepsi
selektif (Webb, 1975: 130).
Ada orang yang akan berkata bahwa mungkin saja seseorang menaruh perhatian
pada sesuatu tanpa menyimaknya, atau ada orang yang beranggapan bahwa mungkin
saja seseorang memproses secara stimulasi awal atau perangsang lisan tanpa
menyimaknya secara aktual. Tetapi pada umumnya, tidak mungkin seseorang
menyimak sesuatu tanpa menaruh perhatian padanya. Pengertian perhatian
itu sendiri tidak sesederhana anggapan kebanyakan orang; justru sangat rumit
dan kita belum mengetahui banyak mengenai itu. Yang jelas kita ketahui ialah
bahwa perhatian itu beroperasi pada situasi, sikap dan rasa. Perhatian yang
diberikan terhadap suatu percakapan pada suatu pesta berbeda tipe dan
intensitasnya dari perhatian yang kita berikan pada saat ujian lisan. Perhatian
yang kita berikan kepada tukang minyak berbeda dengan perhatian yang kita
berikan kepada tukang jamu. Perhatian yang diberikan oleh para siswa kepada
mata pelajaran sejarah berbeda dari perhatian yang mereka berikan pada mata
pelajaran agama.
Ada seorang pakar yang menyarankan bahwa konsep perhatian itu mencakup
berbagai faktor, antara lain:
·
Konsentrasi mental : mengonsentrasikan diri pada tugas
mental dan mencakup stimulus yang akan berbaur dengan performansi atau
penampilan, seperti halnya pada saat kita belajar di perpustakaan dan
menghilangkan/ meniadakan bunyi-bunyi yang tidak perlu.
·
Kewaspadaan : melihat jam
atau waktu, walaupun sebenarnya tiada terjadi apa-apa; sama halnya dengan
polisi lalu lintas yang harus siap bertugas, walaupun di jalanan tiada
kendaraan atau orang berjalan; biar sepi polisi siap berdiri di persimpangan
jalan.
·
Selektivitas : mampu memilih; menerima beberapa pesan sekaligus, serentak; dan
menyeleksi satu saja untuk diterima dan diberi jawaban, seperti halnya pada
sebuah pesta, para pelayan menawarkan berbagai minuman dan atraksi kepada kita.
·
Mencari dan memeriksa : memburu suatu tanda tertentu di
antara seperangkat
tanda-tanda, seperti halnya dalam mengidentifikasikan tema sepenggal musik atau
pesan dalam suatu ceramah atau khotbah.
·
Aktif dan giat : selalu siap sedia, terus siaga
menjawab apa saja yang akan muncul, memberi responsi terhadap segala ucapan,
seperti pada saat seseorang berkata, "para hadirin yang terhormat, kami
meminta perhatian Anda bahwa Bapak Menteri yang kita nanti-nantikan telah
datang dan akan memberi ceramah sebentar lagi."
·
Penataan diri : menata atau mempersiapkan diri
baik-baik untuk memberikan reaksi atau sambutan dengan cara tertentu baik
secara mental maupun secara secara fisik, seperti halnya dalam suatu perdebatan
ataupun pada panggung pembuatan film. (Horay, 1970 : 5-6).
Setelah mengetahui serta mendalami faktor-faktor yang tersirat dalam konsep
perhatian di atas, jelas bagi kita betapa rumitnya masalah itu, dan betapa
besarnya upaya yang harus dilakukan untuk menarik perhatian orang lain,
khususnya dalam bidang menyimak. Nah, kalau kita menerima daftar di atas
sebagai suatu penjelasan mengenai apa perhatian itu, toh kita masih juga
menyampingkan masalah-masalah mengenai bagaimana terjadinya perhatian itu.
Dengan kata lain, kita telah membatasi konsepnya dan kita telah pula
menjelaskan cabang-cabangnya yang beraneka ragam, tetapi kita belum mengetahui
bagaimana cara kerjanya. Memang ada berbagai teori mengenai perhatian. Berbagai teori telah
dirumuskan, telah diformulasikan untuk menjelaskan proses perhatian, apa yang
terjadi dalam otak dan pikiran kita pada saat kita sedang beraksi. Berikut ini teori-teori yang
berkenaan dengan perhatian itu: Teori Seleksi-Responsi, Teori Saringan, Teori Seleksi Masukan.
Sering kita beranggapan bahwa kegiatan menyimak tidak perlu dipelajari,
kegiatan itu akan muncul secara alamiah karena memang begitu banyak
mempergunakan waktu kita dalam “aneka situasi menyimak” dalam kehidupan
sehari-hari; misalnya: berbicara dengan teman-teman, mengikuti kuliah,
mendengarkan ceramah, menonton televisi, dan mendengarkan siaran radio. Ada
lagi orang beranggapan bahwa kalau struktur telinga seseorang normal dan
kapasitas pendengarannya baik, mau tidak mau orang itu secara otomatis dapat
menyimak dengan baik. Belum tentu! Walaupun telinga seseorang baik secara
anatomis yang memungkinkannya dapat menyimak, belum tentu secara otomatis pasti
efisien. Menyimak baik, seperti keterampilan lainnya perlu bagi komunikasi lisan yang efektif, haruslah
dikembangkan dan ditingkatkan. Pendeknya: menyimak efektif itu harus
dipelajari. Untuk melukiskan atau mengilustrasikan kurangnya keterampilan yang
baik dalam bidang menyimak dalam masyarakat modern, agaknya dapat kita
pergunakan konsep Abraham Kaplan mengenai duolog. Sebagai lawan dari dialog,
duolog merupakan suatu situasi kelompok dua orang atau kelompok kecil yang
masing-masing memperoleh giliran berbicara, tetapi tidak seorang pun
menyimaknya. Kita dapat menemui contoh-contoh duolog sekolah, gereja, masjid,
dan pemerintahan. Walaupun orang-orang dapat terlihat seolah-olah menyimak satu
sama lain, tetapi dalam kenyataannnya mereka hanya menunggu waktu sampai tiba
giliran bicara. Sementara satu orang berbicara, yang lainnya sibuk berpikir
atau merenung, bukan mengenai sesuatu yang akan menjadi response mereka nanti.
Menurut pendapat Kaplan, suatu duolog dapat dibandingkan secara baik dengan dua
perangkat televisi yang dipasang dalam saluran-saluran yang berbeda dan
keduanya saling berhadapan.
Sebaliknya, dialog yang sejati melibatkan penyimakan kepada orang lain
seperti halnya pada diri sendiri. Dialog menuntut rancangan atau pendekatan terbuka, suatu kesudian
menaruh perhatian kepada orang lain dan memberi response secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan ulangan. Menyimak
merupakan suatu sarana penting dan berguna bagi hubungan-hubungan antarpribadi
yang bermakna. Kegunaan dialog ini sangat terasa dalam kehidupan modern,
terlebih dalam bidang politik antarnegara (adikuasa; seperti antara Amerika
Serikat dan Soviet-Rusia). Dalam dialog ini dibutuhkan benar-benar keterampilan
berbicara dan keterampilan menyimak yang bermutu tinggi. Salah simak dapat
menggagalkan maksud dan tujuan kedua belah pihak. Oleh karena itu, kedua belah
pihak pun menyimak secara kritis dan cermat (Webb; 1975 : 126-8).
Kerap kali pula orang beranggapan bahwa dialog, pembicaralah yang memegang
peranan penting, paling bertanggung jawab bagi komunikasi lisan yang efektif.
Mereka lupa atau tidak memahami sama sekali bahwa komunikasi lisan merupakan
kegiatan atau transaksi dua arah antara pembicara dan penyimak; bukan merupakan
serangan lisan satu arah yang dilakukan pembicara kepada penyimak. Perlu
diingat dan disadari benar bahwa tanpa menyimak yang baik, dan penyimak yang
baik, tidak akan ada umpan balik; dan tanpa umpan balik, para pembicara akan
dipaksa menyuarakan atau mendengungkan pesan-pesan mereka tanpa tujuan dan
tanpa maksud, sia-sia belaka. Oleh karena itu, kalau kita berada pada pihak
penyimak, jadikanlah diri kita penyimak yang terpuji: tahu bagaimana cara
menyimak dan tahu apa yang harus disimak. Kalau berada pada pihak pembicara,
kita harus tahu menarik minat dan perhatian para penyimak. Ingat bahwa
pembicara membutuhkan penyimak dan penyimak membutuhkan pembicara. Pendek kata:
menyimak adalah interaksi pembicara dan pemirsa (Ehninger [et all],
2978: 21).
v Proses Menyimak
Pemahaman menyimak menjadi lebih mudah apabila penyimak mengetahui konteks
wacana yang disimaknya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik menggunakan
pengetahuan yang telah mereka miliki untuk menafsirkan dan memahami materi yang
mereka simak. Pengetahuan yang ada pada diri penyimak sangat berperan dalam
proses menyimak. Penyimak yang berhasil adalah mereka yang memanfaatkan baik
pengetahuan yang ditangkap dari wacana yang disimak maupun pengetahuan yang
telah mereka miliki, yang berhubungan dengan dengan materi yang disimak (Numan,
1991: 18 dalam Rofi’uddin,1998: 5).
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang
sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu
diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah ditangkap
perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata,
kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa
akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik. Kemudian,
bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar
interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.
Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk
memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah
berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah,
dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak.
Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan
pengetahuan penyimak. Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna
pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan
yang diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu. Faktor Penting dalam menyimak adalah
keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Menurut Anderson dan
Lyneh (dalam Rofi’uddin 1998 : 6) kesulitan dalam menyimak dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut :
ü
Susunan informasi (Teks yang berisi
informasi yang disusun secara kronologi lebih mudah dipahami daripada yang tidak berkronologi).
ü
Latar belakang pengetahuan penyimak
mengenai topic yang disimak.
ü
Kelengkapan dan kejelasan (Disajikan
eksplisit informasi yang disimak).
ü
Pembicara tidak banyak menggunakan
kata ganti dan menggunakan kata benda secara lengkap maka teks itu lebih mudah dipahami.
ü
Yang dideskripsikan dalam teks yang
disimak mengandung hubungan strategis atau hubungan dinamis (Yang menunjukan
hubungan statis misalnya bentuk-bentuk geometric lebih sulit dipahami, daripada
yang mengandung hubungan hubungan dinamis).
Kegiatan menyimak perlu disesuaikan dengan kemampuan anak. Bagi anak-anak
yang tergolong rendah kemampuannya dalam menyimak, setelah menyimak teks yang
sama dengan yang disimak oleh anak-anak yang lain, anak-anak tersebut dapat
diberi tugas membuat ringkasan informasi yang mereka simak. Anak-anak yang
kemampuan menyimaknya rendah diberi tugas menyebutkan jumlah pembicaraan atau
jumlah kata-kata kunci.
Alternatif yang lain, peserta didik diberikan kesempatan untuk menyimak
berulang-ulang wacana yang dijadikan materi pembelajaran menyimak. Mereka
diberi daftar kata-kata kunci dan diminta menyebutkan berapa kali mereka
mendengar kata-kata tersebut. Kemudian diberi tugas yang lebih sulit misalnya
diberi sejumlah frasa dan diminta yang terakhir, mereka dapat diminta untuk
menunjukkan jumlah yang mereka dengar.
v Faktor Pemengaruh Perhatian Menyimak
Kalau kita sepakat bahwa keterampilan menyimak yang baik sangat penting
bagi komunikasi lisan yang efektif, kita harus mulai sedini mungkin menentukan
cara-cara khusus untuk meningkatkan keterampilan ini. Akan tetapi, sebelum kita
melakukan hal ini, kita harus mencoba memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perhatian kita untuk menyimak. Kita
harus memperhitungkan pengalaman, pembawaan, sikap dan motivasi yang dapat
menunjang penyimakan yang baik sebelum kita menelaah aneka metode bagi
peningkatan keterampilan ini.
Faktor pengalaman sangat menentukan besar atau
tidaknya perhatian seseorang untuk menyimak sesuatu. Pengalaman yang
dimaksudkan dapat berasal dari pembicara ataupun dari penyimak. Setiap orang tentu menaruh perhatian terhadap pembicaraan yang
disajikan oleh orang yang banyak pengalaman dan banyak pengetahuan. Orang ingin
mengetahui masalah baru apa yang akan diceritakan oleh pembicara. Rasa ingin
tahu merupakan akar dari perhatian yang besar. Sekarang, pengalaman dari pihak
penyimak. Pernah seseorang menyesal karena tidak mau menyimak suatu informasi
yang dikemukakan oleh seorang pembicara, padahal informasi itu sangat penting
baginya. Pengalaman masa lalu itu mengajar dia untuk tidak dua kali kehilangan
tongkat. Oleh sebab itu, kalau ada pembicara yang akan menyampaikan suatu
pesan, dia selalu memberi perhatian besar.
Faktor pembawaan seseorang pun turut berperan, apakah
perhatiannya untuk menyimak sesuatu itu besar atau tidak. Ada orang yang
berpembawaan baik dan ada pula yang jelek. Orang yang berpembawaan baik dapat
menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi, sedangkan orang yang berpembawaan
jelek justru sebaliknya. Baik pembawaan pembicara maupun pembicaraan penyimak
turut menentukan taraf perhatian seseorang untuk menyimak.
Faktor sikap tidak boleh kita abaikan terhadap
perhatian menyimak. Sikap terbuka memang sangat dibutuhkan dalam kegiatan
menyimak. Sebaliknya, sikap tertutup atau sikap curiga akan mengurangi minat
atau perhatian seseorang untuk menyimak pembicaraan seseorang.
Faktor motivasi, dorongan atau alasan sangat
menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang untuk menyimak ceramah,
kuliah, khotbah, atau pembicaraan yang dibawakan oleh seorang pembicara.
Biarpun seandainya terdapat banyak gangguan atau kendala fisik atau mental,
tetapi kalau ada motivasi besar, perhatian menyimak sesuatu tetap besar.
Faktor jenis kelamin dapat menentukan kadar perhatian
untuk menyimak. Minat dan perhatian pria dan wanita memperlihatkan perbedaan,
walaupun tidak dapat disangkal adanya persamaan. Ada hal-hal khusus yang
menarik perhatian wanita. Ada hal-hal khusus yang lebih menarik perhatian pria.
Pembicara yang berpengalaman tentu mempertimbangkan hal ini. Tema bahan
pembicaraan dapat berbeda kalau para penyimak terdiri dari kaum wanita saja,
atau terdiri dari pria saja, ataupun campuran. Memang harus diingat bahwa ada
hal-hal yang tidak pantas disimak oleh kaum pria dan ada pula hal yang tidak
sesuai bagi kaum wanita. Jadi dengan singkat dapat kita katakana bahwa factor kelayakan ini tidak boleh diabaikan.
v Mengapa Kita Menyimak
Ada beberapa alas an mengapa kita menyimak, diantaranya adalah:
ü
Menyimak demi kenikmatan;
ü
Menyimak demi pemahaman;
ü
Menyimak demi penilaian.
B.
Hakikat Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan
serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan, Tarigan dalam (Haryadi 1996 :54). Berbicara sering di anggap sebagai alat
manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan
suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis, dan linguistik secara luas. Faktor-faktor tersebut
merupakan indikator keberhasilan berbicara. Jadi tingkat kemampuan berbicara
seseorang tidak hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik
saja atau faktor psikologis saja, tetapi dengan mengukur semua faktor tersebut
secara menyeluruh.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang
kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
v Proses Berbicara
Kegiatan berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk
melaksanakan suatu layanan. Dalam proses belajar berbahasa di sekolah,
anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal. Mereka sudah dapat
mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Dengan kata lain,
perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase,
kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik. Ellis (dalam Roffi’uddin, 1998: 12)
mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara :
·
Menirukan pembicaraan orang lain.
·
Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran
yang telah dikuasai.
·
Mendekatkan atau menyejajarkan dua
bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa yang sudah benar.
Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan
berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk
menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik
(Tompkinss dan Hoskisson dalam Rofi’uddin, 1998: 12).
ü Percakapan
Siswa mempelajari strategi dan keterampilan untuk
melakukan sosialisasi dan percakapan dengan teman-temannya sekelas ketika
berpartisipasi dalam kelompok kecil. Mereka belajar tentang peran pembicaraan
dalam mengembangkan pengetahuan. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam
melakukan percakapan.
·
Memulai percakapan. Untuk memulai percakapan, seorang siswa secara
sukarela untuk membuka pembicaraan. Guru menyampaikan pertanyaan untuk
didiskusikan, kemidian seorang murid mulai percakapan dengan mengulangi
pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya.
·
Menjaga berlangsungnya percakapan. Siswa secara
bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan. Lewat percakapan,
siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa
penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku yang telah mereka baca, atau
menanggapi pertanyaan guru.
·
Mengakhiri percakapan. Pada akhir
percakapan, siswa seharusnya sudah dapat mencapai suatu persetujuan, sudah
menjawab semua pertanyaan atau melaksanakan tugas dengan baik. Murid
menghasilkan sesuatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan catatan
hasil percakapan.
ü Berbicara Estetik
·
Memilih cerita. Hal yang paling
penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. Pertimbangan
lainnya : (a) cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas; (b)
memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas; (c) tema cerita jelas; (d)
jumlah pelaku cerita tidak banyak; (e) cerita mengandung dialog; (f) cerita
menggunakan gaya bahasa perulangan; (g) cerita menggunakan bahasa yang
mengandung keindahan.
·
Menyiapkan diri untuk bercerita. Siswa hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan
diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat menceritakan
secara urut.
·
Menambahkan barang-barang yang
diperlukan. Siswa dapat
menggunakan beberapa teknik untuk membuat ceritanya lebih hidup. Siswa dapat
menggunakan gambar-gambar yang ditempelkan di papan planel, boneka, dan
benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang
diceritakan agar cerita lebih menarik.
·
Bercerita atau mendongeng. Kegiatan
mendongeng dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan
waktunya dapat efisien.
ü Berbicara untuk Menyampaikan Informasi atau Mempengaruhi
Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis
kegiatan ini ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara, dan berdebat.
Pengumpulan informasi dilakukan dengan membaca berbagai sumber, antara lain
buku, majalah, surat kabar, ensiklopedia, almanak, dan atlas. Dalam menyajikan
informasi, siswa sebaiknya tidak membawa catatan.
ü Kegiatan Dramatik
Bermain drama merupakan media bagi siswa untuk
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam konteks yang bermakna. Kegiatan drama memiliki kekuatan
sebagai suatu teknik pembelajaran bahasa karena melibatkan siswa dalam kegiatan
berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif, dan
memadukan empat keterampilan berbahasa.
C.
Hubungan Menyimak dengan
Berbicara
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung
atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap
oleh telinga kita diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata,
kata, frase, klausa, kalimat,
dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa
yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai kebenarannya agar dapat
diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak
merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang
termuat pada wacana lisan. Menyimak dan berbicara merupakan proses interaksi
yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan
dipahami bersama.
Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seorang menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita menerima informasi dari seseorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan secara langsung (face to face communication) antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang sangat erat, Dawson dalam Tarigan dan Tarigan menjelaskan sebagai berikut.
Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seorang menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita menerima informasi dari seseorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan secara langsung (face to face communication) antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang sangat erat, Dawson dalam Tarigan dan Tarigan menjelaskan sebagai berikut.
·
Ujaran (speech) dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi); oleh karena itu,
model atau contoh yang disimak atau yang direkam anak sangat penting dalam
penguasaan serta kecakapan berbicara.
·
Kata-kata yang dipelajari kemudian
dipakai anak ditentukan stimuli yang ditemuinya dalam kehidupan.
·
Ujaran anak mencerminkan pemakaian
bahasa dirumah dan tempat masyarakatnnya hidup; misalnya: ucapan, intonasi,
kosakata, penggunaaan kata, dan pola-pola kalimat.
·
Anak yang lebih kecil lebih dapat
memahami kalimat-kalimat panjang daripada kalimat-kalimat yang diucapkannya.
·
Meningkatkan keterampilan menyimak
berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
·
Suara merupakan faktor penting dalam
meningkatkan penggunaan kata anak; oleh karena itu akan tertolong kalau anak
menyimak ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu,
cerita-cerita yang bermutu tinggi, dan lain-lain.
·
Berbicara dengan bantuan alat peraga
akan menghasilkan pemahaman informasi yang lebih baik bagi penyimak. Umumnya anak menggunakan bahasa yang
didengarnya atau disimaknya.
Kaitannya dengan kegiatan menyimak di kelas-kelas tinggi SD/MI, maka jenis
kegiatan menyimak harus beragam. Beragam baik dari segi penyajiannya maupun
bahan yang dijadikan padanannya. Sebagaimana diungkapkan Nambiar dalam
Sarumpaet (1998) bahwa pengajaran bahasa yang menggunakan berbagai sumber bacan
dan bahan pelajaran lebih berhasil daripada yang hanya menggunakan satu atau
dua bahan (dalam bentuk yang sama). Tuntutan yang berkenaan dengan kemampuan
menyimak dan berbicara bagi siswa SD/MI di kelas-kelas tinggi ini diantaranya:
ü Siswa mampu menerima informasi dan memberi tanggapan dengan tepat tentang
berbagai hal secara lisan.
ü Siswa mampu menyerap pengungkapan perasaan orang lain secara lisan dan
tertulis serta memberi tanggapan secara tepat.
ü Siswa mampu menyerap pesan, gagasan, dan pendapat orang lain dari berbagai
sumber.
ü Siswa memperoleh kenikmatan dan manfaat mendengarkan.
ü Siswa mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan karya sastra dalam
berbicara dan menulis.
Untuk mencapai tujuan tersebut Kurikulum 1994 telah memberikan rambu-rambu,
yakni pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun
tertulis. Pelaksanaannya di kelas pembelajaran harus terintegrasi antara
komponen kebahasaan, pemahaman dan
penggunaan, dengan memfokuskan pada salah satu komponen dan memperhatikan
prinsip-prinsip pengajaran antara lain mudah-sukar, dekat-jauh,
sederhana-rumit, konkret menuju abstrak. Keempat aspek keterampilan berbahasa
harus mendapat porsi yang seimbang, misalnya:
Menyimak
|
Menulis
|
Berdiskusi
|
Menyimak
|
bercakap-cakap
|
Menulis
|
Bercakap-cakap
|
Menulis
|
Membaca
|
Membaca
|
Berdiskusi
|
Memerankan
|
Membahas
|
Melaporkan
|
Membahas
|
Konteks atau tema digunakan untuk pengembangan dan perluasan pembendaharaan
kata serta pemersatu kegiatan berbahasa. Selanjutnya pembelajaran kosakata
dilakukan dalam konteks wacana yang dipadukan dengan dengan kegiatan
pembelajaran, baik pada keterampilan berbahasa maupun sastra. Pembelajaran
sastra diarahkan untuk mempertajam perasaan penalaran, dan daya khayal, serta
kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.
D.
Strategi Pembelajaran
Berbahasa Lisan dan Penerapannya
Ø
Strategi Meningkatkan dan
Mengembangkan Kemampuan Menyimak
Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam
berinteraksi dengan pembicara. Agar proses pembelajaran menyimak memperoleh
hasil yang baik. Strategi pembelajaran guru harus memenuhi kriteria berikut:
·
Relevan dengan tujuan pembelajaran
·
Menantang dan merangsang siswa untuk
belajar
·
Mengembangkan kreativitas siswa
secara individual maupun secara kelompok
·
Memudahkan siswa memahami pelajaran
·
Mengarahkan aktivitas siswa kepada
tujuan yang telah ditetapkan
·
Mudah diterapkan dan tidak menuntut
peralatan yang rumit
·
Menciptakan suasana belajar mengajar
yang menyenangkan
Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak.
Guru dapat memberikan cerita yang tidak terlalu panjang dikelas. Namun, sebelum
membaca, guru harus mendiskusikan etiket atau sopan santun dalam menyimak dan
perbedaan antara kritik yang kontruktif atau negatif. Diskusi tersebut
hendaknya menekankan harapan agar murid-murid saling menghormati dan membina
kesetiakawanan. Guru hendaknya mengadakan diskusi mengenai cerita atau artikel
tersebut yang patut dipuji atau perlu diperbaiki. Guru sebaiknya mendaftar
segi-segi positif dan negative tersebut di papan tulis atau dengan menggunakan
OHP, sehingga setiap anak dapat melihat dan mendengar hal-hal penting yang
sedang didiskusikan. Pada saat inilah guru dapat menekankan kepada murid-murid
untuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang sopan dan pada saat inilah guru
memberikan dorongan kepada anak untuk memperbaiki pertanyaannya agar menjadi
jelas dan menggunakan bahasa yang baku. Apabila tidak ada anak yang memberikan
komentar terhadap cerita atau artikel yang telah dibacakan, guru mungkin dapat
menyarankan agar mereka berperan seolah-olah menjadi pengarang cerita atau
artikel tersebut. Komentar apa yang mereka inginkan dari pembaca seandainya
mereka menjadi pengarang cerita atau artikel yang telah dibacakan oleh guru.
Ø
Mengembangkan Pembelajaran Menyimak
di SD
Beberapa teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru di SD
sebagai berikut:
·
Simak – Ulang Ucap. Teknik
simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan
atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman
bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata
mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini
dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal.
·
Simak – Tulis (Dikte). Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat,
idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa
harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa menuliskannya.
·
Simak – Kerjaan. Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem,
kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi
yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa
mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan menyimak.
·
Simak – Terka. Guru menyusun
deskripsi suatu benda atau mainan siswa yang paling disukai atau gambar foto
tanpa menyebutkan mana bendanya. Deskripsi diperdengarkan kepada siswa. Siswa
menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya.
·
Memperluas Kalimat. Guru menyebutkan sebuah kalimat.
Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain, kemudian siswa
melengkapi kata-kata yang telah diucapkan guru dengan kata lain yang sesuai
yang hasilnya kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang utuh dan lebih
luas.
·
Menyelesaikan Cerita. Guru
memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak,
guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri.
Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan
dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu
seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
·
Membuat Rangkuman. Guru menyiapkan
bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada
siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat
rangkuman.
·
Permainan Untuk Meningkatkan Ketrampilan Menyimak (Bisik Berantai). Suatu pesan dapat dilakukan secara
berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan
dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus
mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan
tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika
sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
·
Mendengarkan Cerita. Tujuan dalam kegiatan ini siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat
tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau
dilisankan. Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara
perorangan maupun kelompok. Alat yang digunakan : Kaset cerita dan tape recorder. Cara pelaksanaan : (1) guru memberikan pengantar
singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kaset
cerita yang cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan cerita yang diputar
tersebut, (4) siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa),
waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil
identifikasi ke dalam kelompok, (6) siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
·
Mendengarkan Berantai. Tujuan dalam kegiatan ini siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh
temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang
disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman
sebelahnya secara berantai dalam kelompok. Alat yang digunakan: Catatan informasi singkat, panjang, dan tidak
beraturan. Cara
pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik
pembelajaran hari itu, (2) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan
anggota per kelompok sama jumlahnya, (3) siswa dalam kelompok diatur dengan
berjajar ke samping atau ke belakang, (4) setelah posisi siswa sesuai dengan
yang diharapkan, guru memanggil siswa yang paling depan atau paling kanan/kiri
untuk membaca catatan informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia, (5) siswa
yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan informasi ke teman
belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok), (6) secara berantai
siswa membisikkan ke teman berikutnya secara bergantian, (7) siswa yang paling
belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman
depannya, (8) siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli (9)
berikutnya, guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa
informasi) ke dalam satu kelompok secara bertahap, (10) siswa menyimpulkan
tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang
mereka lakukan pada hari itu.
·
Guru Sebagai Penyimak. Perlu kita yakini kebenaran pernyataan: siapa yang tidak mau menyimak
dengan baik tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Oleh karena
itu guru seharusnya menyimak pertanyaan murid dengan baik. Apabila guru merasa
sudah tahu apa yang ditanyakan, kemudian guru memberikan jawaban yang tidak tepat,
secara tidak disadari guru-guru tersebut telah membentuk kebiasaan menyimak yang
tidak baik bagi murid-murid. Dalam kelas yang efektif, guru memberikan
penekanan pada keterampilan menyimak seperti halnya pada keterampilan membaca
dan menulis. Menyimak merupakan sarana yang utama untuk belajar, oleh karena
itu kebiasaan menyimak perlu dikembangkan. Cara yang terbaik untuk
mengembangkan murid-murid sebagai penyimak yang efektif. Tunggulah sampai suatu
pertanyaan dikemukakan secara lengkap sebelum menjawab pertanyaan murid.
Demikian juga murid-murid dibiasakan melakukan hal yang serupa. Apabila perlu
dikemukakan kembali pertanyaan yang harus anda jawab atau yang harus dijawab
oleh orang lain. Berikan dorongan untuk saling bertukar pendapat. Ingatkan
murid-murid bahwa menjadi penyimak yang baik sama pentingnya dengan menjadi
pembicara yang efektif Yeager, dalam (Rofi’uddin 1998 : 9-10). Keberhasilan suatu pembelajaran
menyimak bergantung pada adanya dua kondisi. Pertama, guru harus memberikan
teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicaraan yang efektif, dan
menggunakan strategi yang efektif. Kedua, setiap murid yang berpartisipasi
dalam diskusi harus memiliki informasi tertentu yang akan disampaikan kepada
teman-temannya. Saling memberikan dan menerima informasi, pendapat, atau
gagasan merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan dalam diskusi.
·
Partisipasi Kelompok. Dalam kelas
yang berdasarkan pendekatan pembelajaran bahasa secara holistik, peserta didik
lebih banyak bekerja dalam kelompok. Kelompok dapat diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran khusus secara langsung, dan dapat menolong anak-anak
meningkatkan keterampilan tertentu. Kerja kelompok dapat menolong murid-murid
mengembangkan sikap sosial yang positif, memberikan penguatan keterampilan
berbahasa yang spesifik dan membantu guru menyelenggarakan pembelajaran sebaik
mungkin. Keuntungan dari kelompok tersebut terletak pada bantuan dari teman dan
terjadinya kegiatan
belajar. Keberhasilan kelompok biasanya merupakan pencerminan perencanaan dan upaya-upaya
persiapan guru. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada anggota-anggotanya.
Sebaiknya guru mulai dengan memberikan tugas yang jelas berupa keterampilan
tertentu yang perlu ditingkatkan dalam suatu kelompok, kemudian baru memiliki
anggota kelompok.
Ø Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila siswa memperoleh
kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain.
Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai lapangan
pengalaman yang memungkinkan siswa mengembangkan kemapuan berbicara.
Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain sebagai
berikut.
·
Menyajikan Informasi. Salah satu bentuk kegiatan untuk melatih penyajian
informasi adalah dengan
berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa
percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan
menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara
di hadapan sejumlah pendengar. Beberapa langkah dalam menyiapkan dan menyajikan
pidato yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak yang belajar berpidato adalah
sebagai berikut. Merencanakan pidato; Tentukan tujuan berpidato, untuk menginformasikan, menghibur, atau mendorong
suatu tindakan; Pilih topik yang menarik, tidak terlalu sulit, dan dapat diceritakan secara
ringkas; Menyusun Pidato; Tentukan urutan untuk menyajikan
hal-hal yang penting, buatlah awal dan akhir pidato yang mengesankan, dan
rencanakan penggunaan media visual apabila meyakinkan; -Mempraktikkan, praktikkan
berpidato di depan teman-teman sekelompok atau di depan kelas sebagai latihan.
·
Berpartisipasi dalam Diskusi. Diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan
siswa-siswa yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap,
mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila
berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal
yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil penelitian membuktikan bahwa
diskusi merupakan strategi yang membuat siswa bergairah dalam proses
pembelajaran (Alvermann, dkk, dalam Rofi’uddin 1998 : 23).
·
Menghibur (Menyajikan Pertanyaan). Siswa dapat menyajikan pertunjukan
untuk teman atau teman sekelas, teman-teman dari kelas yang lain, orang tua dan
anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.
·
Sandiwara Boneka. Di dalam kelas anak-anak dapat menggunakan boneka
dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari) cerita yang sesuai dengan
boneka-boneka yang sudah tersedia, atau mereka dapat membuat boneka kemudian mengarang
cerita yang sesuai.
·
Bercerita atau Membaca Puisi secara
Kor. Cerita atau
puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-anak, yang mudah dipahami secara lisan, dan yang mudah dihafalkan. Guru
hendaknya tidak terlalu mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi
ia harus menolong murid-murid belajar menafsirkan karya sastra secara lisan untuk
memperoleh kesenangan.
·
Cerita Berangkai Tujuan. Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan
temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5
orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang
diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Alat yang diperlukan adalah
buku catatan. Cara
menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) siswa membagi kelompok, (3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan
di depan kelas, (4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas, (5)
kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya, (6) guru merefleksikan
hasil pembelajaran hari itu.
·
Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda
Lainnya. Dalam hal ini siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar.
Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat
mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa
minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan
adalah botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan
lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Cara menerapkan: (1) guru
memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa mengambil
benda yang mereka kenal, (3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa
menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok, (4) siswa
lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, (5) siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka
alami, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari ini.
Ø
Mengembangkan Pembelajaran Berbicara
di SD
Untuk sampai pada taraf terampil, maka pengajaran berbicara harus
dipelajari dan dilatihkan. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar,
maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah
dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran pokok bahasa tertentu.
Metode pengajaran berbicara menurut Djago Tarigan (1990), sebagai berikut :
ü Ulang-ucap. Model ucapan adalah suara guru atau
rekaman suara guru, model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus
dipersiapkan dengan teliti.
ü Lihat-ucapan. Guru memperlihatkan kepada siswa
benda tertentu kemudian siswa menyebutkan benda tersebut.
ü Memerikan. Memerikan berarti menjelaskan,
menerangkan, melukiskan, atau mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata sendiri.
ü
Menjawab pertanyaan
ü
Bertanya
ü
Pertanyaan menggali
ü
Melanjutkan
ü
Menceritakan kembali
ü
Percakapan
ü
Parafrase
ü
Reka cerita gambar
ü
Bermain peran
ü
Wawancara
ü
Memperlihatkan dan bercerita (Show
and Tell)
Ø Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan
Bercerita dan Dramatisasi Kreatif
Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu
diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan
seperti berikut ini.
·
Pengajaran keterampilan berbahasa
lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa.
·
Pengajaran keterampilan berbahasa
lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat
perkembangan bahasa siswa.
·
Pengajaran keterampilan berbahasa
lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
·
Pengajaran keterampilan berbahasa
lisan harus benar-benar mengajar, bukan menguji. Artinya skor yang diperoleh
siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut : - Relevan dengan tujuan pembelajaran; - Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran; - Menantang dan merangsang siswa untuk belajar; - Mengembangkan kretivitas siswa secara individual ataupun kelompok; - Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; - Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit; - Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan;
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut : - Relevan dengan tujuan pembelajaran; - Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran; - Menantang dan merangsang siswa untuk belajar; - Mengembangkan kretivitas siswa secara individual ataupun kelompok; - Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; - Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit; - Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan;
Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dapat diterapkan di
sekolah dasar adalah sebagai berikut.
ü
Bermain Tebak-Tebakan. Bermain tebak-tebakan dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Tugas siswa
menerka nama benda itu.
E.
Penyusunan Bahan Pembelajaran
Menyimak dan Berbicara
Ø Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama pembelajaran menyimak
adalah melatih siswa memahami bahasa lisan. Hal ini perlu disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat
menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan
yang pendidik susun sendiri atau di ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya
dapat dibacakan langsung oleh pendidik atau melalui alat perekam suara. Setelah menyampaikan bahan
pembelajaran, pendidik secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi
materi yang sudah disampaikannya atau menugasi peserta didik untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu. Pertanyaan yang baik
harus disusun secara sistematis.-Mengingat Fakta. Mengingat nama orang, nama tempat, urutan kejadian dan hal-hal lain yang
secara eksplisit disebutkan dalam teks lisan;-Memahami Kosakata Baru. Memahami arti kata, ungkapan, dan sebagainya dalam hubungan kalimat;-Menarik Kesimpulan. Mengidentifikasi isi persoalan, meramalkan kejadian
selanjutnya, membuat interpretasi efektif, dan sebagainya. Ya – tidak/alternatif = 1 2 3. Dengan kata
tanya = 4 5 6.
Pada penjelasan di atas tampak ada dua jenis pertanyaan dan 3 jenis perilaku siswa yang
kita pancing. Secara keseluruhan, ada 6 pertanyaan, yaitu pertanyaan 1 – 3
merupakan jenis pertanyaan ya – tidak/alternatif dan pertanyaan 4 – 6 jenis
pertanyaan yang menggunakan kata tanya, misalnya apa, mengapa, bagaimana, dan
lain sebagainya. Pertanyaan 1 – 3 termasuk pertanyaan yang relatif mudah
(diberikan di kelas rendah), sedangkan macam pertanyaan 4 – 6, termasuk
golongan pertanyaan yang sukar (diberikan di kelas tinggi). Gradasi kesukaran
sudah diurutkan, makin besar nomor pertanyaan makin sukar atau makin kecil
nomor pertanyaan makin mudah. Dari pembicaraan di muka dapatlah kita petik butir-butir pokok yang ada
kaitannya dengan upaya untuk membuat bahan simakan yang akan disajikan oleh
seorang pembicara sehingga menarik perhatian para penyimak.
Butir pertama
: Tema harus up-to-date
Butir kedua
: Tema terarah dan
sederhana
Butir ketiga
: Tema dapat
menambah pengalaman dan pemahaman
Butir keempat
: Tema bersifat
sugestif dan evaluative
Butir Kelima
: Tema bersifat
motivatif
Butir keenam
: Pembicara harus
dapat menghibur
Butir ketujuh
: Bahasa sederhana
mudah dimengerti
Butir
kedelapan
: Komunikasi dua
arah
Ø Bahan Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara
di SD melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan
pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan
pembelajaran berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan,
menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan
pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran,
berpidato, dan lain sebagainya. Untuk memantau kemajuan siswa dalam berbicara,
guru dapat melakukannya ketika siswa sedang melaksanakan kegiatan diskusi
kelompok, tanya jawab, dan sebagainya. Pengamatan guru terhadap aktivitas
berbicara para siswanya dapat direkam dengan menggunakan format yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi
kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menyimak merupakan suatu proses
kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus
menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya. Perlu kita camkan benar bahwa menyimak adalah suatu
penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan. Lebih dari sekedar
penerimaan stimulus atau suatu tindakan yang refleksif, menyimak juga merupakan
suatu perilaku yang dapat dianalisis dan dimodifikasi; merupakan sesuatu yang
dapat kita pilih untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sama sekali; kita
dapat menentukan apakah perlu diberi wadah atau tidak; kita dapat menentukan
tingkat keefektifannya; dan kita dapat mengganti bahkan meningkatkan atau
mengembangkannya. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang
kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Pada
kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak.
Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan
komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian,
komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara
dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi. Menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan secara
langsung (face to face communication) antara berbicara dan menyimak terdapat
hubungan yang sangat erat. Kata
“Bercerita” dan “Kreatif” sudah sangat terkenal. Bercerita merupakan salah satu
jenis kegiatan berbicara yang dilakukan manusia. Kreatif merupakan salah satu
sifat yang dimiliki oleh manusia. Sifat ini telah mendorong manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan dalam berbagai aspek. Kreativitas manusia telah
menjadikan dunia ini indah dan menyenangkan. Syarat-syarat
bahan simakan yang harus disusun agar menarik perhatian penyimak:
- Tema yang mutakhir,
- Tema yang terarah dan sederhana
- Tema yang menambah pengetahuan
- Tema yang bersifat sugestif dan evaluative
- Tema yang bersifat motivatif
- Dapat menghibur, menyenangkan, penuh humor
- Bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
- Harus bersifat duolog, bukan dialog melulu
B.
Saran
Kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca, agar kami dapat memperbaiki penulisan
makalah kami di lain waktu menjadi lebih baik lagi dan kami juga berharap
melalui saran dan kritik ini kami bisa menjadi guru – guru SD yang profesional
nantinya.