Saturday, September 19, 2015

Menyimak dan Berbicara

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan berbahasa tulisan. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut masih perlu untuk terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi. Peningkatan kemampuan berbahasa lisan dimaksudkan agar anak-anak sekolah dasar mampu memahami pembicaraan orang lain baik langsung maupun lewat media, misalnya radio, televisi, dan pita rekaman. Tujuan yang lain adalah agar anak-anak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan. Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai keterampilan berbahasa lisan, yaitu bagaimana meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara. Pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan prasyarat bagi mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat dengan baik.

B.   Rumusan Masalah
·        Apa yang dimaksud dengan menyimak dan berbicara?
·        Bagaimana hubungan antara menyimak dan berbicara ?
·        Strategi apa yang dilakukan dalam meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara ?
·        Bagaimana strategi dan penerapan yang efektif yang dilakukan dalam pembelajaran berbahasa lisan ini ?
·        Bagaimana penyusunan bahan pembelajaran menyimak dan berbicara ?

C.   Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan yang memadai tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbahasa lisan. Tujuan dan sasaran mempelajari bab ini adalah agar mahasiswa mampu :
·        Memahami Hakikat Menyimak dan Berbicara (Bahasa Lisan)
·        Mengetahui Proses Menyimak dan Berbicara (Bahasa Lisan)
·        Mengetahui Bahan Pembelajaran Menyimak dan Berbicara Di Kelas Tingi
·        Memahami Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Menyimak dan Berbicara di Kelas Tinggi.
·        Mengetahui dan Memahami Hubungan Menyimak dan Berbicara
·        Mengetahui dan Memahami Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif.

D.   Manfaat
·         Sebagai calon guru dapat mengetahui bagaimana strategi yang tepat dan efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara dengan kegiatan bercerita kreatif.
·         Sebagai calon guru dapat menyusun bahan pembelajaran menyimak dan berbicara dengan baik dan menarik.
BAB II
PEMBAHASAN
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan
A.   Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak dapat dilihat dari berbagai segi. Menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respon, atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar bunyi-bunyi yang telah dikenalnya. Secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi tersebut. Dengan cara seperti ini ia mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-bunyi tersebut.
Tarigan Djago (1991 : 4) menyim
ak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan menurut Harimurti K. 1981 dalam (Hariyadi 1996 : 19) “Menyimak adalah mendengarkan, memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun batasan yang lebih lengkap yaitu: Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
Perlu kita camkan benar bahwa menyimak adalah suatu penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan. Lebih dari sekedar penerimaan stimulus atau suatu tindakan yang refleksif, menyimak juga merupakan suatu perilaku yang dapat dianalisis dan dimodifikasi; merupakan sesuatu yang dapat kita pilih untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sama sekali; kita dapat menentukan apakah perlu diberi wadah atau tidak; kita dapat menentukan tingkat keefektifannya; dan kita dapat mengganti bahkan meningkatkan atau mengembangkannya.
Kalau menyimak merupakan suatu tindakan elektif atau perbuatan fakultatif, perhatian yang sangat perlu bagi penyimakan yang baik, merupakan suatu perilaku selektif atau kelakuan terpilih.. Contohnya pada suatu ketika, kita memilih untuk menyimak lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap pada waktu senggang; kemudian dari sekian banyak lagu ciptaannya, kita menyeleksi lagu pujaan kita lalu kita menyimaknya dengan penuh perhatian. Demikianlah dapat kita simpulkan bahwa perhatian adalah suatu proses penyelesaian dari berbagai ragam stimuli sebuah stimulus yang penting bagi seseorang pada saat-saat tertentu. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa perhatian bersinonim dengan persepsi selektif (Webb, 1975: 130).
Ada orang yang akan berkata bahwa mungkin saja seseorang menaruh perhatian pada sesuatu tanpa menyimaknya, atau ada orang yang beranggapan bahwa mungkin saja seseorang memproses secara stimulasi awal atau perangsang lisan tanpa menyimaknya secara aktual. Tetapi pada umumnya, tidak mungkin seseorang menyimak sesuatu tanpa menaruh perhatian padanya. Pengertian perhatian itu sendiri tidak sesederhana anggapan kebanyakan orang; justru sangat rumit dan kita belum mengetahui banyak mengenai itu. Yang jelas kita ketahui ialah bahwa perhatian itu beroperasi pada situasi, sikap dan rasa. Perhatian yang diberikan terhadap suatu percakapan pada suatu pesta berbeda tipe dan intensitasnya dari perhatian yang kita berikan pada saat ujian lisan. Perhatian yang kita berikan kepada tukang minyak berbeda dengan perhatian yang kita berikan kepada tukang jamu. Perhatian yang diberikan oleh para siswa kepada mata pelajaran sejarah berbeda dari perhatian yang mereka berikan pada mata pelajaran agama.
Ada seorang pakar yang menyarankan bahwa konsep perhatian itu mencakup berbagai faktor, antara lain:
·         Konsentrasi mental : mengonsentrasikan diri pada tugas mental dan mencakup stimulus yang akan berbaur dengan performansi atau penampilan, seperti halnya pada saat kita belajar di perpustakaan dan menghilangkan/ meniadakan bunyi-bunyi yang tidak perlu.
·         Kewaspadaan : melihat jam atau waktu, walaupun sebenarnya tiada terjadi apa-apa; sama halnya dengan polisi lalu lintas yang harus siap bertugas, walaupun di jalanan tiada kendaraan atau orang berjalan; biar sepi polisi siap berdiri di persimpangan jalan.
·         Selektivitas : mampu memilih; menerima beberapa pesan sekaligus, serentak; dan menyeleksi satu saja untuk diterima dan diberi jawaban, seperti halnya pada sebuah pesta, para pelayan menawarkan berbagai minuman dan atraksi kepada kita.
·         Mencari dan memeriksa : memburu suatu tanda tertentu di antara seperangkat tanda-tanda, seperti halnya dalam mengidentifikasikan tema sepenggal musik atau pesan dalam suatu ceramah atau khotbah.
·         Aktif dan giat : selalu siap sedia, terus siaga menjawab apa saja yang akan muncul, memberi responsi terhadap segala ucapan, seperti pada saat seseorang berkata, "para hadirin yang terhormat, kami meminta perhatian Anda bahwa Bapak Menteri yang kita nanti-nantikan telah datang dan akan memberi ceramah sebentar lagi."
·         Penataan diri : menata atau mempersiapkan diri baik-baik untuk memberikan reaksi atau sambutan dengan cara tertentu baik secara mental maupun secara secara fisik, seperti halnya dalam suatu perdebatan ataupun pada panggung pembuatan film. (Horay, 1970 : 5-6).
Setelah mengetahui serta mendalami faktor-faktor yang tersirat dalam konsep perhatian di atas, jelas bagi kita betapa rumitnya masalah itu, dan betapa besarnya upaya yang harus dilakukan untuk menarik perhatian orang lain, khususnya dalam bidang menyimak. Nah, kalau kita menerima daftar di atas sebagai suatu penjelasan mengenai apa perhatian itu, toh kita masih juga menyampingkan masalah-masalah mengenai bagaimana terjadinya perhatian itu. Dengan kata lain, kita telah membatasi konsepnya dan kita telah pula menjelaskan cabang-cabangnya yang beraneka ragam, tetapi kita belum mengetahui bagaimana cara kerjanya. Memang ada berbagai teori mengenai perhatian. Berbagai teori telah dirumuskan, telah diformulasikan untuk menjelaskan proses perhatian, apa yang terjadi dalam otak dan pikiran kita pada saat kita sedang beraksi. Berikut ini teori-teori yang berkenaan dengan perhatian itu: Teori Seleksi-Responsi, Teori Saringan, Teori Seleksi Masukan.
Sering kita beranggapan bahwa kegiatan menyimak tidak perlu dipelajari, kegiatan itu akan muncul secara alamiah karena memang begitu banyak mempergunakan waktu kita dalam “aneka situasi menyimak” dalam kehidupan sehari-hari; misalnya: berbicara dengan teman-teman, mengikuti kuliah, mendengarkan ceramah, menonton televisi, dan mendengarkan siaran radio. Ada lagi orang beranggapan bahwa kalau struktur telinga seseorang normal dan kapasitas pendengarannya baik, mau tidak mau orang itu secara otomatis dapat menyimak dengan baik. Belum tentu! Walaupun telinga seseorang baik secara anatomis yang memungkinkannya dapat menyimak, belum tentu secara otomatis pasti efisien. Menyimak baik, seperti keterampilan lainnya perlu bagi komunikasi lisan yang efektif, haruslah dikembangkan dan ditingkatkan. Pendeknya: menyimak efektif itu harus dipelajari. Untuk melukiskan atau mengilustrasikan kurangnya keterampilan yang baik dalam bidang menyimak dalam masyarakat modern, agaknya dapat kita pergunakan konsep Abraham Kaplan mengenai duolog. Sebagai lawan dari dialog, duolog merupakan suatu situasi kelompok dua orang atau kelompok kecil yang masing-masing memperoleh giliran berbicara, tetapi tidak seorang pun menyimaknya. Kita dapat menemui contoh-contoh duolog sekolah, gereja, masjid, dan pemerintahan. Walaupun orang-orang dapat terlihat seolah-olah menyimak satu sama lain, tetapi dalam kenyataannnya mereka hanya menunggu waktu sampai tiba giliran bicara. Sementara satu orang berbicara, yang lainnya sibuk berpikir atau merenung, bukan mengenai sesuatu yang akan menjadi response mereka nanti. Menurut pendapat Kaplan, suatu duolog dapat dibandingkan secara baik dengan dua perangkat televisi yang dipasang dalam saluran-saluran yang berbeda dan keduanya saling berhadapan.
Sebaliknya, dialog yang sejati melibatkan penyimakan kepada orang lain seperti halnya pada diri sendiri. Dialog menuntut rancangan atau pendekatan terbuka, suatu kesudian menaruh perhatian kepada orang lain dan memberi response secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan ulangan. Menyimak merupakan suatu sarana penting dan berguna bagi hubungan-hubungan antarpribadi yang bermakna. Kegunaan dialog ini sangat terasa dalam kehidupan modern, terlebih dalam bidang politik antarnegara (adikuasa; seperti antara Amerika Serikat dan Soviet-Rusia). Dalam dialog ini dibutuhkan benar-benar keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak yang bermutu tinggi. Salah simak dapat menggagalkan maksud dan tujuan kedua belah pihak. Oleh karena itu, kedua belah pihak pun menyimak secara kritis dan cermat (Webb; 1975 : 126-8).
Kerap kali pula orang beranggapan bahwa dialog, pembicaralah yang memegang peranan penting, paling bertanggung jawab bagi komunikasi lisan yang efektif. Mereka lupa atau tidak memahami sama sekali bahwa komunikasi lisan merupakan kegiatan atau transaksi dua arah antara pembicara dan penyimak; bukan merupakan serangan lisan satu arah yang dilakukan pembicara kepada penyimak. Perlu diingat dan disadari benar bahwa tanpa menyimak yang baik, dan penyimak yang baik, tidak akan ada umpan balik; dan tanpa umpan balik, para pembicara akan dipaksa menyuarakan atau mendengungkan pesan-pesan mereka tanpa tujuan dan tanpa maksud, sia-sia belaka. Oleh karena itu, kalau kita berada pada pihak penyimak, jadikanlah diri kita penyimak yang terpuji: tahu bagaimana cara menyimak dan tahu apa yang harus disimak. Kalau berada pada pihak pembicara, kita harus tahu menarik minat dan perhatian para penyimak. Ingat bahwa pembicara membutuhkan penyimak dan penyimak membutuhkan pembicara. Pendek kata: menyimak adalah interaksi pembicara dan pemirsa (Ehninger [et all], 2978: 21).

v  Proses Menyimak
Pemahaman menyimak menjadi lebih mudah apabila penyimak mengetahui konteks wacana yang disimaknya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk menafsirkan dan memahami materi yang mereka simak. Pengetahuan yang ada pada diri penyimak sangat berperan dalam proses menyimak. Penyimak yang berhasil adalah mereka yang memanfaatkan baik pengetahuan yang ditangkap dari wacana yang disimak maupun pengetahuan yang telah mereka miliki, yang berhubungan dengan dengan materi yang disimak (Numan, 1991: 18 dalam Rofi’uddin,1998: 5).
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik. Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara. Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak. Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu. Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Menurut Anderson dan Lyneh (dalam Rofi’uddin 1998 : 6) kesulitan dalam menyimak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
ü  Susunan informasi (Teks yang berisi informasi yang disusun secara kronologi lebih mudah dipahami daripada yang tidak berkronologi).
ü  Latar belakang pengetahuan penyimak mengenai topic yang disimak.
ü  Kelengkapan dan kejelasan (Disajikan eksplisit informasi yang disimak).
ü  Pembicara tidak banyak menggunakan kata ganti dan menggunakan kata benda secara lengkap maka teks itu lebih mudah dipahami.
ü  Yang dideskripsikan dalam teks yang disimak mengandung hubungan strategis atau hubungan dinamis (Yang menunjukan hubungan statis misalnya bentuk-bentuk geometric lebih sulit dipahami, daripada yang mengandung hubungan hubungan dinamis).
Kegiatan menyimak perlu disesuaikan dengan kemampuan anak. Bagi anak-anak yang tergolong rendah kemampuannya dalam menyimak, setelah menyimak teks yang sama dengan yang disimak oleh anak-anak yang lain, anak-anak tersebut dapat diberi tugas membuat ringkasan informasi yang mereka simak. Anak-anak yang kemampuan menyimaknya rendah diberi tugas menyebutkan jumlah pembicaraan atau jumlah kata-kata kunci.
Alternatif yang lain, peserta didik diberikan kesempatan untuk menyimak berulang-ulang wacana yang dijadikan materi pembelajaran menyimak. Mereka diberi daftar kata-kata kunci dan diminta menyebutkan berapa kali mereka mendengar kata-kata tersebut. Kemudian diberi tugas yang lebih sulit misalnya diberi sejumlah frasa dan diminta yang terakhir, mereka dapat diminta untuk menunjukkan jumlah yang mereka dengar.

v  Faktor Pemengaruh Perhatian Menyimak
Kalau kita sepakat bahwa keterampilan menyimak yang baik sangat penting bagi komunikasi lisan yang efektif, kita harus mulai sedini mungkin menentukan cara-cara khusus untuk meningkatkan keterampilan ini. Akan tetapi, sebelum kita melakukan hal ini, kita harus mencoba memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perhatian kita untuk menyimak. Kita harus memperhitungkan pengalaman, pembawaan, sikap dan motivasi yang dapat menunjang penyimakan yang baik sebelum kita menelaah aneka metode bagi peningkatan keterampilan ini.
Faktor pengalaman sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang untuk menyimak sesuatu. Pengalaman yang dimaksudkan dapat berasal dari pembicara ataupun dari penyimak. Setiap orang tentu menaruh perhatian terhadap pembicaraan yang disajikan oleh orang yang banyak pengalaman dan banyak pengetahuan. Orang ingin mengetahui masalah baru apa yang akan diceritakan oleh pembicara. Rasa ingin tahu merupakan akar dari perhatian yang besar. Sekarang, pengalaman dari pihak penyimak. Pernah seseorang menyesal karena tidak mau menyimak suatu informasi yang dikemukakan oleh seorang pembicara, padahal informasi itu sangat penting baginya. Pengalaman masa lalu itu mengajar dia untuk tidak dua kali kehilangan tongkat. Oleh sebab itu, kalau ada pembicara yang akan menyampaikan suatu pesan, dia selalu memberi perhatian besar.
Faktor pembawaan seseorang pun turut berperan, apakah perhatiannya untuk menyimak sesuatu itu besar atau tidak. Ada orang yang berpembawaan baik dan ada pula yang jelek. Orang yang berpembawaan baik dapat menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi, sedangkan orang yang berpembawaan jelek justru sebaliknya. Baik pembawaan pembicara maupun pembicaraan penyimak turut menentukan taraf perhatian seseorang untuk menyimak.
Faktor sikap tidak boleh kita abaikan terhadap perhatian menyimak. Sikap terbuka memang sangat dibutuhkan dalam kegiatan menyimak. Sebaliknya, sikap tertutup atau sikap curiga akan mengurangi minat atau perhatian seseorang untuk menyimak pembicaraan seseorang.
Faktor motivasi, dorongan atau alasan sangat menentukan besar atau tidaknya perhatian seseorang untuk menyimak ceramah, kuliah, khotbah, atau pembicaraan yang dibawakan oleh seorang pembicara. Biarpun seandainya terdapat banyak gangguan atau kendala fisik atau mental, tetapi kalau ada motivasi besar, perhatian menyimak sesuatu tetap besar.
Faktor jenis kelamin dapat menentukan kadar perhatian untuk menyimak. Minat dan perhatian pria dan wanita memperlihatkan perbedaan, walaupun tidak dapat disangkal adanya persamaan. Ada hal-hal khusus yang menarik perhatian wanita. Ada hal-hal khusus yang lebih menarik perhatian pria. Pembicara yang berpengalaman tentu mempertimbangkan hal ini. Tema bahan pembicaraan dapat berbeda kalau para penyimak terdiri dari kaum wanita saja, atau terdiri dari pria saja, ataupun campuran. Memang harus diingat bahwa ada hal-hal yang tidak pantas disimak oleh kaum pria dan ada pula hal yang tidak sesuai bagi kaum wanita. Jadi dengan singkat dapat kita katakana bahwa  factor kelayakan ini tidak boleh diabaikan.

v  Mengapa Kita Menyimak
Ada beberapa alas an mengapa kita menyimak, diantaranya adalah:
ü  Menyimak demi kenikmatan;
ü  Menyimak demi pemahaman;
ü  Menyimak demi penilaian.


B.   Hakikat Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan, Tarigan dalam (Haryadi 1996 :54). Berbicara sering di anggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, dan linguistik secara luas. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan berbicara. Jadi tingkat kemampuan berbicara seseorang tidak hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor psikologis saja, tetapi dengan mengukur semua faktor tersebut secara menyeluruh.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
v  Proses Berbicara
Kegiatan berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan suatu layanan. Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal. Mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik. Ellis (dalam Roffi’uddin, 1998: 12) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara :
·           Menirukan pembicaraan orang lain.
·           Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.
·           Mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa yang sudah benar.
Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik (Tompkinss dan Hoskisson dalam Rofi’uddin, 1998: 12).
ü Percakapan
Siswa mempelajari strategi dan keterampilan untuk melakukan sosialisasi dan percakapan dengan teman-temannya sekelas ketika berpartisipasi dalam kelompok kecil. Mereka belajar tentang peran pembicaraan dalam mengembangkan pengetahuan. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan percakapan.
·           Memulai percakapan. Untuk memulai percakapan, seorang siswa secara sukarela untuk membuka pembicaraan. Guru menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemidian seorang murid mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya.
·           Menjaga berlangsungnya percakapan. Siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan. Lewat percakapan, siswa menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku yang telah mereka baca, atau menanggapi pertanyaan guru.
·           Mengakhiri percakapan. Pada akhir percakapan, siswa seharusnya sudah dapat mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau melaksanakan tugas dengan baik. Murid menghasilkan sesuatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan catatan hasil percakapan.
ü Berbicara Estetik
·         Memilih cerita. Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. Pertimbangan lainnya : (a) cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas; (b) memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas; (c) tema cerita jelas; (d) jumlah pelaku cerita tidak banyak; (e) cerita mengandung dialog; (f) cerita menggunakan gaya bahasa perulangan; (g) cerita menggunakan bahasa yang mengandung keindahan.
·         Menyiapkan diri untuk bercerita. Siswa hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat menceritakan secara urut.
·         Menambahkan barang-barang yang diperlukan. Siswa dapat menggunakan beberapa teknik untuk membuat ceritanya lebih hidup. Siswa dapat menggunakan gambar-gambar yang ditempelkan di papan planel, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang diceritakan agar cerita lebih menarik.
·         Bercerita atau mendongeng. Kegiatan mendongeng dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat efisien.
ü Berbicara untuk Menyampaikan Informasi atau Mempengaruhi
Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara, dan berdebat. Pengumpulan informasi dilakukan dengan membaca berbagai sumber, antara lain buku, majalah, surat kabar, ensiklopedia, almanak, dan atlas. Dalam menyajikan informasi, siswa sebaiknya tidak membawa catatan.
ü Kegiatan Dramatik
Bermain drama merupakan media bagi siswa untuk menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam konteks yang bermakna. Kegiatan drama memiliki kekuatan sebagai suatu teknik pembelajaran bahasa karena melibatkan siswa dalam kegiatan berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif, dan memadukan empat keterampilan berbahasa.

C.   Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya, dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Menyimak dan berbicara merupakan proses interaksi yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.
Secara sederhana dapat kita katakan, bahwa menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Dari hal tersebut kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seorang menyampaikan informasi melalui ujaran. Dengan menyimak kita menerima informasi dari ses
eorang. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan secara langsung (face to face communication) antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang sangat erat, Dawson dalam Tarigan dan Tarigan menjelaskan sebagai berikut.
·      Ujaran (speech) dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi); oleh karena itu, model atau contoh yang disimak atau yang direkam anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.
·      Kata-kata yang dipelajari kemudian dipakai anak ditentukan stimuli yang ditemuinya dalam kehidupan.
·      Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa dirumah dan tempat masyarakatnnya hidup; misalnya: ucapan, intonasi, kosakata, penggunaaan kata, dan pola-pola kalimat.
·      Anak yang lebih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat panjang daripada kalimat-kalimat yang diucapkannya.
·      Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
·      Suara merupakan faktor penting dalam meningkatkan penggunaan kata anak; oleh karena itu akan tertolong kalau anak menyimak ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bermutu tinggi, dan lain-lain.
·      Berbicara dengan bantuan alat peraga akan menghasilkan pemahaman informasi yang lebih baik bagi penyimak. Umumnya anak menggunakan bahasa yang didengarnya atau disimaknya.
Kaitannya dengan kegiatan menyimak di kelas-kelas tinggi SD/MI, maka jenis kegiatan menyimak harus beragam. Beragam baik dari segi penyajiannya maupun bahan yang dijadikan padanannya. Sebagaimana diungkapkan Nambiar dalam Sarumpaet (1998) bahwa pengajaran bahasa yang menggunakan berbagai sumber bacan dan bahan pelajaran lebih berhasil daripada yang hanya menggunakan satu atau dua bahan (dalam bentuk yang sama). Tuntutan yang berkenaan dengan kemampuan menyimak dan berbicara bagi siswa SD/MI di kelas-kelas tinggi ini diantaranya:
ü  Siswa mampu menerima informasi dan memberi tanggapan dengan tepat tentang berbagai hal secara lisan.
ü  Siswa mampu menyerap pengungkapan perasaan orang lain secara lisan dan tertulis serta memberi tanggapan secara tepat.
ü  Siswa mampu menyerap pesan, gagasan, dan pendapat orang lain dari berbagai sumber.
ü  Siswa memperoleh kenikmatan dan manfaat mendengarkan.
ü  Siswa mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan karya sastra dalam berbicara dan menulis.
Untuk mencapai tujuan tersebut Kurikulum 1994 telah memberikan rambu-rambu, yakni pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Pelaksanaannya di kelas pembelajaran harus terintegrasi antara komponen  kebahasaan, pemahaman dan penggunaan, dengan memfokuskan pada salah satu komponen dan memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran antara lain mudah-sukar, dekat-jauh, sederhana-rumit, konkret menuju abstrak. Keempat aspek keterampilan berbahasa harus mendapat porsi yang seimbang, misalnya:
Menyimak
Menulis
Berdiskusi
Menyimak
bercakap-cakap
Menulis
Bercakap-cakap
Menulis
Membaca
Membaca
Berdiskusi
Memerankan
Membahas
Melaporkan
Membahas
Konteks atau tema digunakan untuk pengembangan dan perluasan pembendaharaan kata serta pemersatu kegiatan berbahasa. Selanjutnya pembelajaran kosakata dilakukan dalam konteks wacana yang dipadukan dengan dengan kegiatan pembelajaran, baik pada keterampilan berbahasa maupun sastra. Pembelajaran sastra diarahkan untuk mempertajam perasaan penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.
D.   Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya
Ø  Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Menyimak
Faktor Penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak dalam berinteraksi dengan pembicara. Agar proses pembelajaran menyimak memperoleh hasil yang baik. Strategi pembelajaran guru harus memenuhi kriteria berikut:
·      Relevan dengan tujuan pembelajaran
·      Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
·      Mengembangkan kreativitas siswa secara individual maupun secara kelompok
·      Memudahkan siswa memahami pelajaran
·      Mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan yang telah ditetapkan
·      Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit
·      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan
Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Guru dapat memberikan cerita yang tidak terlalu panjang dikelas. Namun, sebelum membaca, guru harus mendiskusikan etiket atau sopan santun dalam menyimak dan perbedaan antara kritik yang kontruktif atau negatif. Diskusi tersebut hendaknya menekankan harapan agar murid-murid saling menghormati dan membina kesetiakawanan. Guru hendaknya mengadakan diskusi mengenai cerita atau artikel tersebut yang patut dipuji atau perlu diperbaiki. Guru sebaiknya mendaftar segi-segi positif dan negative tersebut di papan tulis atau dengan menggunakan OHP, sehingga setiap anak dapat melihat dan mendengar hal-hal penting yang sedang didiskusikan. Pada saat inilah guru dapat menekankan kepada murid-murid untuk mengajukan pertanyaan dengan cara yang sopan dan pada saat inilah guru memberikan dorongan kepada anak untuk memperbaiki pertanyaannya agar menjadi jelas dan menggunakan bahasa yang baku. Apabila tidak ada anak yang memberikan komentar terhadap cerita atau artikel yang telah dibacakan, guru mungkin dapat menyarankan agar mereka berperan seolah-olah menjadi pengarang cerita atau artikel tersebut. Komentar apa yang mereka inginkan dari pembaca seandainya mereka menjadi pengarang cerita atau artikel yang telah dibacakan oleh guru.

Ø  Mengembangkan Pembelajaran Menyimak di SD
Beberapa teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru di SD sebagai berikut:
·         Simak – Ulang Ucap. Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal.
·         Simak – Tulis (Dikte). Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa menuliskannya.
·         Simak – Kerjaan. Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan menyimak.
·         Simak – Terka. Guru menyusun deskripsi suatu benda atau mainan siswa yang paling disukai atau gambar foto tanpa menyebutkan mana bendanya. Deskripsi diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya.
·         Memperluas Kalimat. Guru menyebutkan sebuah kalimat. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain, kemudian siswa melengkapi kata-kata yang telah diucapkan guru dengan kata lain yang sesuai yang hasilnya kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang utuh dan lebih luas.
·         Menyelesaikan Cerita. Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.
·         Membuat Rangkuman. Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.
·         Permainan Untuk Meningkatkan Ketrampilan Menyimak (Bisik Berantai). Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
·         Mendengarkan Cerita. Tujuan dalam kegiatan ini siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan. Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok. Alat yang digunakan : Kaset cerita dan tape recorder. Cara pelaksanaan : (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut, (4) siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok, (6) siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
·         Mendengarkan Berantai. Tujuan dalam kegiatan ini siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok. Alat yang digunakan: Catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan. Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota per kelompok sama jumlahnya, (3) siswa dalam kelompok diatur dengan berjajar ke samping atau ke belakang, (4) setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa yang paling depan atau paling kanan/kiri untuk membaca catatan informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia, (5) siswa yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok), (6) secara berantai siswa membisikkan ke teman berikutnya secara bergantian, (7) siswa yang paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman depannya, (8) siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli (9) berikutnya, guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa informasi) ke dalam satu kelompok secara bertahap, (10) siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
·         Guru Sebagai Penyimak. Perlu kita yakini kebenaran pernyataan: siapa yang tidak mau menyimak dengan baik tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Oleh karena itu guru seharusnya menyimak pertanyaan murid dengan baik. Apabila guru merasa sudah tahu apa yang ditanyakan, kemudian guru memberikan jawaban yang tidak tepat, secara tidak disadari guru-guru tersebut telah membentuk kebiasaan menyimak yang tidak baik bagi murid-murid. Dalam kelas yang efektif, guru memberikan penekanan pada keterampilan menyimak seperti halnya pada keterampilan membaca dan menulis. Menyimak merupakan sarana yang utama untuk belajar, oleh karena itu kebiasaan menyimak perlu dikembangkan. Cara yang terbaik untuk mengembangkan murid-murid sebagai penyimak yang efektif. Tunggulah sampai suatu pertanyaan dikemukakan secara lengkap sebelum menjawab pertanyaan murid. Demikian juga murid-murid dibiasakan melakukan hal yang serupa. Apabila perlu dikemukakan kembali pertanyaan yang harus anda jawab atau yang harus dijawab oleh orang lain. Berikan dorongan untuk saling bertukar pendapat. Ingatkan murid-murid bahwa menjadi penyimak yang baik sama pentingnya dengan menjadi pembicara yang efektif Yeager, dalam (Rofi’uddin 1998 : 9-10). Keberhasilan suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi. Pertama, guru harus memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicaraan yang efektif, dan menggunakan strategi yang efektif. Kedua, setiap murid yang berpartisipasi dalam diskusi harus memiliki informasi tertentu yang akan disampaikan kepada teman-temannya. Saling memberikan dan menerima informasi, pendapat, atau gagasan merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan dalam diskusi.
·         Partisipasi Kelompok. Dalam kelas yang berdasarkan pendekatan pembelajaran bahasa secara holistik, peserta didik lebih banyak bekerja dalam kelompok. Kelompok dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus secara langsung, dan dapat menolong anak-anak meningkatkan keterampilan tertentu. Kerja kelompok dapat menolong murid-murid mengembangkan sikap sosial yang positif, memberikan penguatan keterampilan berbahasa yang spesifik dan membantu guru menyelenggarakan pembelajaran sebaik mungkin. Keuntungan dari kelompok tersebut terletak pada bantuan dari teman dan terjadinya kegiatan belajar. Keberhasilan kelompok biasanya merupakan pencerminan perencanaan dan upaya-upaya persiapan guru. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada anggota-anggotanya. Sebaiknya guru mulai dengan memberikan tugas yang jelas berupa keterampilan tertentu yang perlu ditingkatkan dalam suatu kelompok, kemudian baru memiliki anggota kelompok.


Ø  Strategi Meningkatkan dan Mengembangkan Kemampuan Berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan siswa mengembangkan kemapuan berbicara. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain sebagai berikut.
·      Menyajikan Informasi. Salah satu bentuk kegiatan untuk melatih penyajian informasi adalah dengan berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar. Beberapa langkah dalam menyiapkan dan menyajikan pidato yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak yang belajar berpidato adalah sebagai berikut. Merencanakan pidato; Tentukan tujuan berpidato, untuk menginformasikan, menghibur, atau mendorong suatu tindakan; Pilih topik yang menarik, tidak terlalu sulit, dan dapat diceritakan secara ringkas; Menyusun Pidato; Tentukan urutan untuk menyajikan hal-hal yang penting, buatlah awal dan akhir pidato yang mengesankan, dan rencanakan penggunaan media visual apabila meyakinkan; -Mempraktikkan, praktikkan berpidato di depan teman-teman sekelompok atau di depan kelas sebagai latihan.
·      Berpartisipasi dalam Diskusi. Diskusi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain dan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang meyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil penelitian membuktikan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat siswa bergairah dalam proses pembelajaran (Alvermann, dkk, dalam Rofi’uddin 1998 : 23).
·      Menghibur (Menyajikan Pertanyaan). Siswa dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas, teman-teman dari kelas yang lain, orang tua dan anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.
·      Sandiwara Boneka. Di dalam kelas anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari) cerita yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah tersedia, atau mereka dapat membuat boneka kemudian mengarang cerita yang sesuai.
·      Bercerita atau Membaca Puisi secara Kor. Cerita atau puisi yang digunakan harus yang menarik bagi anak-anak, yang mudah dipahami secara lisan, dan yang mudah dihafalkan. Guru hendaknya tidak terlalu mengharapkan penampilan yang benar-benar bagus, tetapi ia harus menolong murid-murid belajar menafsirkan karya sastra secara lisan untuk memperoleh kesenangan.
·      Cerita Berangkai Tujuan. Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Alat yang diperlukan adalah buku catatan. Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa membagi kelompok, (3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas, (4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas, (5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
·      Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya. Dalam hal ini siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain. Alat yang diperlukan adalah botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok). Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa mengambil benda yang mereka kenal, (3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok, (4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, (5) siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari ini.

Ø  Mengembangkan Pembelajaran Berbicara di SD
Untuk sampai pada taraf terampil, maka pengajaran berbicara harus dipelajari dan dilatihkan. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran pokok bahasa tertentu. Metode pengajaran berbicara menurut Djago Tarigan (1990), sebagai berikut :
ü Ulang-ucap. Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru, model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti.
ü Lihat-ucapan. Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan benda tersebut.
ü Memerikan. Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan, atau mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata sendiri.
ü Menjawab pertanyaan
ü Bertanya
ü Pertanyaan menggali
ü Melanjutkan
ü Menceritakan kembali
ü Percakapan
ü Parafrase
ü Reka cerita gambar
ü Bermain peran
ü Wawancara
ü Memperlihatkan dan bercerita (Show and Tell)

Ø  Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif
Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut ini.
·      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa.
·      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
·      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
·      Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar, bukan menguji. Artinya skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut : - Relevan dengan tujuan pembelajaran; - Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran; - Menantang dan merangsang siswa untuk belajar; - Mengembangkan kretivitas siswa secara individual ataupun kelompok; - Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; - Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit; - Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan;

Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dapat diterapkan di sekolah dasar adalah sebagai berikut.
ü Bermain Tebak-Tebakan. Bermain tebak-tebakan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.

E.   Penyusunan Bahan Pembelajaran Menyimak dan Berbicara
Ø  Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama pembelajaran menyimak adalah melatih siswa memahami bahasa lisan. Hal ini perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya sastra, bahan yang pendidik susun sendiri atau di ambil dari media cetak. Teknik penyajiannya dapat dibacakan langsung oleh pendidik atau melalui alat perekam suara. Setelah menyampaikan bahan pembelajaran, pendidik secara langsung dapat mengadakan tanya jawab tentang isi materi yang sudah disampaikannya atau menugasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan lebih dulu. Pertanyaan yang baik harus disusun secara sistematis.-Mengingat Fakta. Mengingat nama orang, nama tempat, urutan kejadian dan hal-hal lain yang secara eksplisit disebutkan dalam teks lisan;-Memahami Kosakata Baru. Memahami arti kata, ungkapan, dan sebagainya dalam hubungan kalimat;-Menarik Kesimpulan. Mengidentifikasi isi persoalan, meramalkan kejadian selanjutnya, membuat interpretasi efektif, dan sebagainya. Ya – tidak/alternatif = 1 2 3. Dengan kata tanya = 4 5 6.
Pada penjelasan di atas tampak ada dua jenis pertanyaan dan 3 jenis perilaku siswa yang kita pancing. Secara keseluruhan, ada 6 pertanyaan, yaitu pertanyaan 1 – 3 merupakan jenis pertanyaan ya – tidak/alternatif dan pertanyaan 4 – 6 jenis pertanyaan yang menggunakan kata tanya, misalnya apa, mengapa, bagaimana, dan lain sebagainya. Pertanyaan 1 – 3 termasuk pertanyaan yang relatif mudah (diberikan di kelas rendah), sedangkan macam pertanyaan 4 – 6, termasuk golongan pertanyaan yang sukar (diberikan di kelas tinggi). Gradasi kesukaran sudah diurutkan, makin besar nomor pertanyaan makin sukar atau makin kecil nomor pertanyaan makin mudah. Dari pembicaraan di muka dapatlah kita petik butir-butir pokok yang ada kaitannya dengan upaya untuk membuat bahan simakan yang akan disajikan oleh seorang pembicara sehingga menarik perhatian para penyimak.
Butir pertama        :           Tema harus up-to-date
Butir kedua           :           Tema terarah dan sederhana
Butir ketiga           :           Tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman
Butir keempat       :           Tema bersifat sugestif dan evaluative
Butir Kelima         :           Tema bersifat motivatif
Butir keenam         :           Pembicara harus dapat menghibur
Butir ketujuh         :           Bahasa sederhana mudah dimengerti
      Butir kedelapan     :           Komunikasi dua arah
Ø  Bahan Pembelajaran Berbicara
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara. Misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, dan lain sebagainya. Untuk memantau kemajuan siswa dalam berbicara, guru dapat melakukannya ketika siswa sedang melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, tanya jawab, dan sebagainya. Pengamatan guru terhadap aktivitas berbicara para siswanya dapat direkam dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan bicara, dan pemahaman.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan non-bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi atau pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya. Perlu kita camkan benar bahwa menyimak adalah suatu penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan. Lebih dari sekedar penerimaan stimulus atau suatu tindakan yang refleksif, menyimak juga merupakan suatu perilaku yang dapat dianalisis dan dimodifikasi; merupakan sesuatu yang dapat kita pilih untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sama sekali; kita dapat menentukan apakah perlu diberi wadah atau tidak; kita dapat menentukan tingkat keefektifannya; dan kita dapat mengganti bahkan meningkatkan atau mengembangkannya. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan secara langsung (face to face communication) antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang sangat erat. Kata “Bercerita” dan “Kreatif” sudah sangat terkenal. Bercerita merupakan salah satu jenis kegiatan berbicara yang dilakukan manusia. Kreatif merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh manusia. Sifat ini telah mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan dalam berbagai aspek. Kreativitas manusia telah menjadikan dunia ini indah dan menyenangkan. Syarat-syarat bahan simakan yang harus disusun agar menarik perhatian penyimak:
  1. Tema yang mutakhir,
  2. Tema yang terarah dan sederhana
  3. Tema yang menambah pengetahuan
  4. Tema yang bersifat sugestif dan evaluative
  5. Tema yang bersifat motivatif
  6. Dapat menghibur, menyenangkan, penuh humor
  7. Bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
  8. Harus bersifat duolog, bukan dialog melulu
B.    Saran
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, agar kami dapat memperbaiki penulisan makalah kami di lain waktu menjadi lebih baik lagi dan kami juga berharap melalui saran dan kritik ini kami bisa menjadi guru – guru SD yang profesional nantinya.